Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 02 Desember 2013

Tarian Bissu


Tarian bissu atau biasa disebut ‘ma’bissu’ ini merupakan tarian tradisional yang asli berasal dari Pangkep. Tarian ini dapat dilihat di kecamatan Segeri yang masih merupakan wilayah kabupaten Pangkep. Satu hal yang khas dari tarian ini adalah dimana para bissu menari seperti orang kesurupan sambil menusuk-nusuk tubuh mereka. Ma’bissu ini dilakukan sebagai  tanda penghormatan tehadap dewata (tuhan) dimana dimulai dengan puang matoa memulai menari seperti sedang kerasukan diikuti oleh puang lolo. Dalam melaksanakan ma’bissu diperlukan peralatan seperti bassi baranga, lae-lae, teddung arajang, bendera arajang, alameng, alisu, paccoda, oiye, kancing, anak baccing, Pui-pui, gendang, dan gong.


Wisata Budaya seperti Pa’Bissu, Tari Pamingki dan beberapa tarian tradisional lainnya. Untuk Pa’bissu, suatu budaya yang kini masih dipegang erat oleh sekelompok masyarakat Bissu untuk menghormati leluhur. Tarian ini, sangat menakjubkan karena dengan menggunakan sebilah keris dan menancapkannya di batang leher. Dengan tarian dan musik yang khas, tarian itu menjadi sajian yang mengandung nilai budaya yang kental. Pa’bissu ini juga banyak dipergunakan masyarakat petani pada awal mengolah lahannya. Mabbisu ini biasanya diperagakan oleh 6 orang Bissu utama yang dipimpin oleh ketua  Bissu di daerah itu. Keenam Bissu tersebut berdandan seperti layaknya perempuan  dengan pakaian berwarna keemasan dan badik di pinggang. Setelah itu, dengan  diiringi tabuhan gendang yang berirama khas, mereka melantunkan alunan mantra  mitis dengan bahasa To Rilangi (bahasa kuno orang Bugis) sambil menari memutari Arajangnge, yaitu benda yang dikeramatkan dan diyakini sebagai tempat  ruh leluhur beristihat. Di depan Arajangnge itu telah disiapkan berbagai  sesaji dari kue-kue tradisional Bugis, buah-buahan, ayam serta kepala kerbau  dan sapi sebagai persembahan kepada leluhur mereka.


MAGGIRI (BOR)
 Acara maggiri adalah lanjutan dari acara ma'bissu, dalam melakukan ma'bissu mereka seperti orang kesurupan, mereka menari tanpa mengenal lelah dalam keassyikan menari puang Matoa mulai memperlihatkan kehormatannya kepada Dewata, tanda penghormatan itu dilakukan dengan menusuk-nusuk krisnya ke arah tenggorokannya, sambil menusuknya iapun memutar-mutarnya, kelakuan puang matoa diikuti pula oleh puang Lolo, pada akhirnya semua bissu mulai menari dengan menusuk-nusuk kearah badannya, dalam menusuk itu iapun memutar-mutar bahkan ada Bissu yang meletakkan krisnya di lantai dengan sedemikian rupa kemudian menduduki krisnya itu dengan diiringi oleh suara gendang yang makin melangking yang diikuti oleh bunyi pui-pui dan gong
Demikian pula dengan aktivitas komunitas Bissu yang masih melakukan ritual sebelum tanam padi dan masyarakat sekitar mendukung saat keramaian tiba. Kepercayaan inipun masih sangat berpengaruh karena masyarakat Segeri masih takut melakukan tanam padi sebelum adanya ritual tanam padi tersebut dilaksanakan karena takut akan gagal panen.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About